abses sub kutan

  • Channel

    Abses kulit (subkutan)

    Jan 25, 2022
    • Abses : akumulasi lokal bahan purulen dalam rongga yang terdiri dari organisme infeksius, sel inflamasi, dan eksudat.
    • dapat terbentuk dalam organ atau lokasi mana pun.
    Sinonim : abses, bisul, abses sub kutan
    Patofisiologi
    • Abses terbentuk ketika suatu organisme diinokulasi ke dalam kulit dan subkutis.
    • Terjadi inflamasi terhadap mikroorganisme.
    • Jika tidak terserap → akumulasi bahan purulen & terbentuk kapsul fibrosa.
    • Bila nanah terus terbentuk→ peningkatan tekanan →  abses pecah.
    • Jika tidak pecah → terbentuk jaringan granulasi dalam rongga → mikroorganisme  bertahan (lihat juga Botryomycosis).
    • Abses subkutan adalah infeksi bakteri yang paling umum pada kulit kucing.
    • Lebih sering terjadi pada kucing daripada anjing karena kulit kucing yang elastis dengan cepat menutup luka tusukan yang terkontaminasi, sehingga terjadi akumulasi eksudat purulen di bawah kulit.
    • Luasnya abses tergantung pada elastisitas kulit di atasnya, jumlah ruang mati di area tersebut.
     
    Etiologi
    • Biasanya terbentuk setelah luka gigitan, goresan, trauma (termasuk penetrasi benda asing), atau dari penyebaran hematogen dari infeksi sistemik ke subkutis.
    • Luka gigitan (antar kucing) adalah penyebab paling umum abses pada kucing;
    • Mikroflora rongga mulut merupakan organisme yang paling umum diisolasi.
    • Bakteri anaerob lebih sering diisolasi daripada aerob, dan dapat diisolasi lebih dari satu mikroorganisme dapat diisolasi.
    • Bakteri yang sering diisolasi dari abses kucing :Porphyromonas spp., Pasteurella multocida, dan Fusobacterium spp.
    • Bakteri lain yang diisolasi dari abses anjing dan kucing : Staphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas, Clostridium, Peptostreptococcus, Prevotella, Actinomyces, Mycobacteria, Mycoplasma, Nocardia, Corynebacterium, Lactobacillus, Bacteroides spp., dan Yersinia pestis.
     
    DIAGNOSA
    Pemeriksaan Fisik Temuan/Riwayat:
    • Beberapa anoreksia, letargi, dan pincang.
    • Lesi (massa) dapat dipalpasi.
    • Abses dapat berfluktuasi s/d keras, dengan atau tanpa kantong lunak.
    • Sering terasa sakit, bengkak, dan hangat saat disentuh.
    • Beberapa abses pecah atau keluar secara spontan, sehingga dapat ditemukan bahan purulen yang berbau busuk.
    • Beberapa sekret dari abses berwarna merah-cokelat.
    • Abses luka gigitan paling sering : di kaki, wajah, ekor, bahu, dan leher ventral.
    • Demam dan limfadenopati mungkin ada.
     
    Hitung Darah Lengkap (Hemogram):
    • normal, atau neutrofilia dengan atau tanpa left shift. 
    • Neutropenia dan degenerative left shift  merupakan indikasi sepsis.
     
    Sitologi:
    • dapat dilakukan pada sampel yang diambil dengan fine needle aspiration atau saat drainase.
    • Namun, mengevaluasi sampel luka  saluran terbuka atau pembuangan permukaan kering mungkin hanya menunjukkan kontaminan sekunder, bukan organisme primer.
    • Sitologi abses dapat mengungkapkan organisme ekstra atau intraseluler, neutrofil, makrofag, dan keratinosit. Pewarnaan khusus diperlukan untuk memvisualisasikan beberapa mikroorganisme.
     
    Uji Kultur dan sensitivitas:
    • Bahan dari abses dapat diajukan untuk uji kultur dan sensitivitas.
    • Dapat diambil dengan fine needle aspiration atau biopsi.
    • Kultur aerob, anaerob, jamur, dan mikobakteri atipikal dapat diindikasikan.
    • Kultur terutama harus dipertimbangkan untuk abses rekuren atau kronis.
    • Hasil kultur dapat berbeda dari hasil sitologi.
    • Bakteri anaerob mungkin tidak diisolasi dari sampel yang dikumpulkan dari abses yang pecah
     
    Tes Virus:
    • karena berhubungan dengan luka gigitan, kucing dengan abses  sebaiknya diuji untuk virus leukemia kucing (FeLV) dan virus imunodefisiensi kucing (FIV).
    • Tes dilakukan di awal dan 60 hari kemudian.
    • Dalam satu penelitian terhadap 967 kucing yang mengalami abses atau luka gigitan, hanya 385 kucing diujiulang FeLV dan FIV 60 hari setelah presentasi awal. Dalam penelitian ini, 13% kucing positif FIV di awal, dan 9% kucing positif untuk FeLV.
     
    Prevalensi tinggi pada kucing, bisa karena :
    • Jantan (lebih sering berkelahi)
    • Pemeliharaan banyak kucing
    • Koloni kucing liar,
    • Tidak disteril
    • Infeksi FeLV,  FIV,
    • Diabetes mellitus,
    • Hyperadrenocorticism,
    • Imunosupresi dari obat-obatan,
    • Gagal ginjal kronis.
     
    Gejala klinis pada kucing
    • kucing jantan lebih sering abses/luka gigitan di kepala atau leher.
    • kucing betina lebih sering mempertahankan bagian perut, belakang atau ekor.
    Predileksi usia:
    • Mature, middle-aged
    • Young adult

    Prosedur diagnostik

    • Hemogram, mungkin ditemukan:     
      • Leukositosis
      • Netropenia,
      • Netrofilia       
    • Aspirasi (jarum), perparat sentuh sitologi eksudat     :    Eksudat supuratif          
    • Kultur jaringan/material     :    
      • Actinomyces ( isolasi & identifikasi ) 
    • Kultur bakteri patogen aerobik mungkin positif :
      • Bakteri anaerob (isolasi & identifikasi)
      • Mycobacterium (isolasi & identifikasi)
      • Nocardia (isolasi & identifikasi)
      •  Staphylococcus, Streptococcus, Proteus, Pseudomonas (isolasi & identifikasi)
      • Yersinia pestis (isolasi & identifikasi)


    Diagnosa banding

    • Actinomycosis
    • Cuterebriasis
    • Kista
    • Benda asing
    • Infeksi jamur
    • Hematoma
    • Infeksi L-form
    • Mycetomas, Eumycotic
    • Mycobacteriosis
    • Neoplasia, kutan / subkutan
    • Nocardiosis
    • Pes (plague)
    • Granuloma steril
    PERAWATAN
     
    Terapi Bedah
    • Intervensi bedah (minor / mayor)
    • membuat dan mempertahankan drainase
    • menghilangkan nidus infeksi atau benda asing.
    • Cukur rambut di sekitar abses, tepi luka dibersihkan.
    • Sayat / tusuk dibagian abses yang lunak dan bergantung untuk memungkinkan drainase. Perluasan sayatan bila diperlukan untuk memastikan drainase
    • Abses dievakuasi dan dibilas dengan saline steril.
    • Jaringan nekrotik juga mungkin perlu dibuang.
    • Abses yang lebih besar dan lebih parah mungkin perlu bedah ekstensif
    • Buat/pasang saluran drainase atau ulang pembilasan dan pengeringan
     
    Terapi antibiotik
    • Antimikroba bersamaan drainase bedah.
    • Antibiotik saja tidak efektif,  perlu drainase.
    • Idealnya pilihan antibiotik berdasarkan uji kultur dan sensitivitas
    • Antibiotik yang ideal untuk abses adalah bakteriosidal, spektrum luas, dan efektif terhadap aerob dan anaerob.
    • Pilihan pertama biasanya derivatif penisilin (amoksisilin, amoksisilin-klavulanat)
    • Klindamisin dan sefalosporin adalah pilihan lainnya
    • Cefovecin sodium (Convenia®) adalah long acting (14 hari) sefalosporin bakteriosidal, SC, 8 mg/kg, terbukti efektif untuk abses. mungkin perlu Injeksi kedua.
    • Dalam satu penelitian pada anjing dengan pioderma, abses atau luka yang terinfeksi, injeksi tunggal natrium cefovecin dianggap berhasil pada 109/118 (92,4%) kasus.
    • Terapi antibiotik merupakan terapi tambahan drainase.
    • Terapi medis saja dapat dilakukan ketika risiko anestesi terlalu besar atau jika intervensi bedah tidak memungkinkan.
    • Dalam kasus ini, terapi antibiotik  lebih lama (14-21 hari).
     
    Terapi suportif
    • Kompres hangat dan basah
    • Elizabeth collar
    • Idealnya hewan dirawat dalam ruangan hingga drainase/jahitan dilepas.
     
    Monitor & Prognosis
    • Drainase biasanya dilepas dalam 3-4 hari jika telah berhenti dan bengkak berkurang
    • Jahitan dibiarkan 10-12 hari.
    • Jika drainase bedah cukup, antibiotik tepat dan pasien tidak imunosupresi, tanda klinis harus membaik dalam waktu 48 jam.
    • Jika tanda klinis tidak membaik, abses tidak berkurang >1-2 minggu  sejak terapi,atau kambuh, Pertimbangkan tes diagnostik lebih lanjut.
    • Abses berulang / persisten bisa karena :
      • imunosupresi
      • osteomielitis
      • neoplasia
      • benda asing di dalam jaringan
      • infeksi bakteri resisten
      • infeksi parasit (misalnya Cuterebra spp.)
      • infeksi  jamur
      • Organisme tertentu (Nocardia, Mycobacterium spp.)  → abses kambuh / bertahan
    • Prognosis baik, dengan terapi yang tepat.

     

       

       

      Spesies
      Tipe
      References
      • Pinchbeck LR: Safe and Sensible Management of Feline Abscesses. Western Veterinary Conference 2010.
      • Greene CE: Abscesses and Botryomycosis Caused by Bacteria. Infectious Diseases of the Dog and Cat, 4 ed. Saunders Elsevier, St. Louis 2012 pp. 523-28.
      • Roy J, Messier S, Labrecque O, et al: Clinical and in vitro efficacy of amoxicillin against bacteria associated with feline skin wounds and abscesses. Can Vet J 2007 Vol 48 (6) pp. 607-11.
      • Goldkamp CE, Levy JK, Lachtara J: High Prevalence of FeLV and FIV in Cats with Abscesses or Bite Wounds. Am Coll Vet Intern Med Forum 2007.
      • Six R, Cherni J, Chesebrough R, et al: Efficacy and safety of cefovecin in treating bacterial folliculitis, abscesses, or infected wounds in dogs. J Am Vet Med Assoc 2008 Vol 233 (3) pp. 433-39.
      • Cattin I, Liehmann L, Ammon P, et al: Subcutaneous abscess caused by Clostridium perfringens and osteomyelitis in a dog . J Small Anim Pract 2008 Vol 49 (4) pp. 200-3.
    Judul Kategori Tipe
    Abses kulit (subkutan) Dermatologi, Infeksi Bakteri Artikel