- Abses : akumulasi lokal bahan purulen dalam rongga yang terdiri dari organisme infeksius, sel inflamasi, dan eksudat.
- dapat terbentuk dalam organ atau lokasi mana pun.
Sinonim : abses, bisul, abses sub kutan
Patofisiologi
- Abses terbentuk ketika suatu organisme diinokulasi ke dalam kulit dan subkutis.
- Terjadi inflamasi terhadap mikroorganisme.
- Jika tidak terserap → akumulasi bahan purulen & terbentuk kapsul fibrosa.
- Bila nanah terus terbentuk→ peningkatan tekanan → abses pecah.
- Jika tidak pecah → terbentuk jaringan granulasi dalam rongga → mikroorganisme bertahan (lihat juga Botryomycosis).
- Abses subkutan adalah infeksi bakteri yang paling umum pada kulit kucing.
- Lebih sering terjadi pada kucing daripada anjing karena kulit kucing yang elastis dengan cepat menutup luka tusukan yang terkontaminasi, sehingga terjadi akumulasi eksudat purulen di bawah kulit.
- Luasnya abses tergantung pada elastisitas kulit di atasnya, jumlah ruang mati di area tersebut.
Etiologi
- Biasanya terbentuk setelah luka gigitan, goresan, trauma (termasuk penetrasi benda asing), atau dari penyebaran hematogen dari infeksi sistemik ke subkutis.
- Luka gigitan (antar kucing) adalah penyebab paling umum abses pada kucing;
- Mikroflora rongga mulut merupakan organisme yang paling umum diisolasi.
- Bakteri anaerob lebih sering diisolasi daripada aerob, dan dapat diisolasi lebih dari satu mikroorganisme dapat diisolasi.
- Bakteri yang sering diisolasi dari abses kucing :Porphyromonas spp., Pasteurella multocida, dan Fusobacterium spp.
- Bakteri lain yang diisolasi dari abses anjing dan kucing : Staphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas, Clostridium, Peptostreptococcus, Prevotella, Actinomyces, Mycobacteria, Mycoplasma, Nocardia, Corynebacterium, Lactobacillus, Bacteroides spp., dan Yersinia pestis.
DIAGNOSA
Pemeriksaan Fisik Temuan/Riwayat:
- Beberapa anoreksia, letargi, dan pincang.
- Lesi (massa) dapat dipalpasi.
- Abses dapat berfluktuasi s/d keras, dengan atau tanpa kantong lunak.
- Sering terasa sakit, bengkak, dan hangat saat disentuh.
- Beberapa abses pecah atau keluar secara spontan, sehingga dapat ditemukan bahan purulen yang berbau busuk.
- Beberapa sekret dari abses berwarna merah-cokelat.
- Abses luka gigitan paling sering : di kaki, wajah, ekor, bahu, dan leher ventral.
- Demam dan limfadenopati mungkin ada.
Hitung Darah Lengkap (Hemogram):
- normal, atau neutrofilia dengan atau tanpa left shift.
- Neutropenia dan degenerative left shift merupakan indikasi sepsis.
Sitologi:
- dapat dilakukan pada sampel yang diambil dengan fine needle aspiration atau saat drainase.
- Namun, mengevaluasi sampel luka saluran terbuka atau pembuangan permukaan kering mungkin hanya menunjukkan kontaminan sekunder, bukan organisme primer.
- Sitologi abses dapat mengungkapkan organisme ekstra atau intraseluler, neutrofil, makrofag, dan keratinosit. Pewarnaan khusus diperlukan untuk memvisualisasikan beberapa mikroorganisme.
Uji Kultur dan sensitivitas:
- Bahan dari abses dapat diajukan untuk uji kultur dan sensitivitas.
- Dapat diambil dengan fine needle aspiration atau biopsi.
- Kultur aerob, anaerob, jamur, dan mikobakteri atipikal dapat diindikasikan.
- Kultur terutama harus dipertimbangkan untuk abses rekuren atau kronis.
- Hasil kultur dapat berbeda dari hasil sitologi.
- Bakteri anaerob mungkin tidak diisolasi dari sampel yang dikumpulkan dari abses yang pecah
Tes Virus:
- karena berhubungan dengan luka gigitan, kucing dengan abses sebaiknya diuji untuk virus leukemia kucing (FeLV) dan virus imunodefisiensi kucing (FIV).
- Tes dilakukan di awal dan 60 hari kemudian.
- Dalam satu penelitian terhadap 967 kucing yang mengalami abses atau luka gigitan, hanya 385 kucing diujiulang FeLV dan FIV 60 hari setelah presentasi awal. Dalam penelitian ini, 13% kucing positif FIV di awal, dan 9% kucing positif untuk FeLV.
Prevalensi tinggi pada kucing, bisa karena :
- Jantan (lebih sering berkelahi)
- Pemeliharaan banyak kucing
- Koloni kucing liar,
- Tidak disteril
- Infeksi FeLV, FIV,
- Diabetes mellitus,
- Hyperadrenocorticism,
- Imunosupresi dari obat-obatan,
- Gagal ginjal kronis.
Gejala klinis pada kucing
- kucing jantan lebih sering abses/luka gigitan di kepala atau leher.
- kucing betina lebih sering mempertahankan bagian perut, belakang atau ekor.
Predileksi usia:
- Mature, middle-aged
- Young adult
Prosedur diagnostik
- Hemogram, mungkin ditemukan:
- Leukositosis
- Netropenia,
- Netrofilia
- Aspirasi (jarum), perparat sentuh sitologi eksudat : Eksudat supuratif
- Kultur jaringan/material :
- Actinomyces ( isolasi & identifikasi )
- Kultur bakteri patogen aerobik mungkin positif :
- Bakteri anaerob (isolasi & identifikasi)
- Mycobacterium (isolasi & identifikasi)
- Nocardia (isolasi & identifikasi)
- Staphylococcus, Streptococcus, Proteus, Pseudomonas (isolasi & identifikasi)
- Yersinia pestis (isolasi & identifikasi)
Diagnosa banding
- Actinomycosis
- Cuterebriasis
- Kista
- Benda asing
- Infeksi jamur
- Hematoma
- Infeksi L-form
- Mycetomas, Eumycotic
- Mycobacteriosis
- Neoplasia, kutan / subkutan
- Nocardiosis
- Pes (plague)
- Granuloma steril
PERAWATAN
Terapi Bedah
- Intervensi bedah (minor / mayor)
- membuat dan mempertahankan drainase
- menghilangkan nidus infeksi atau benda asing.
- Cukur rambut di sekitar abses, tepi luka dibersihkan.
- Sayat / tusuk dibagian abses yang lunak dan bergantung untuk memungkinkan drainase. Perluasan sayatan bila diperlukan untuk memastikan drainase
- Abses dievakuasi dan dibilas dengan saline steril.
- Jaringan nekrotik juga mungkin perlu dibuang.
- Abses yang lebih besar dan lebih parah mungkin perlu bedah ekstensif
- Buat/pasang saluran drainase atau ulang pembilasan dan pengeringan
Terapi antibiotik
- Antimikroba bersamaan drainase bedah.
- Antibiotik saja tidak efektif, perlu drainase.
- Idealnya pilihan antibiotik berdasarkan uji kultur dan sensitivitas
- Antibiotik yang ideal untuk abses adalah bakteriosidal, spektrum luas, dan efektif terhadap aerob dan anaerob.
- Pilihan pertama biasanya derivatif penisilin (amoksisilin, amoksisilin-klavulanat)
- Klindamisin dan sefalosporin adalah pilihan lainnya
- Cefovecin sodium (Convenia®) adalah long acting (14 hari) sefalosporin bakteriosidal, SC, 8 mg/kg, terbukti efektif untuk abses. mungkin perlu Injeksi kedua.
- Dalam satu penelitian pada anjing dengan pioderma, abses atau luka yang terinfeksi, injeksi tunggal natrium cefovecin dianggap berhasil pada 109/118 (92,4%) kasus.
- Terapi antibiotik merupakan terapi tambahan drainase.
- Terapi medis saja dapat dilakukan ketika risiko anestesi terlalu besar atau jika intervensi bedah tidak memungkinkan.
- Dalam kasus ini, terapi antibiotik lebih lama (14-21 hari).
Terapi suportif
- Kompres hangat dan basah
- Elizabeth collar
- Idealnya hewan dirawat dalam ruangan hingga drainase/jahitan dilepas.
Monitor & Prognosis
- Drainase biasanya dilepas dalam 3-4 hari jika telah berhenti dan bengkak berkurang
- Jahitan dibiarkan 10-12 hari.
- Jika drainase bedah cukup, antibiotik tepat dan pasien tidak imunosupresi, tanda klinis harus membaik dalam waktu 48 jam.
- Jika tanda klinis tidak membaik, abses tidak berkurang >1-2 minggu sejak terapi,atau kambuh, Pertimbangkan tes diagnostik lebih lanjut.
- Abses berulang / persisten bisa karena :
- imunosupresi
- osteomielitis
- neoplasia
- benda asing di dalam jaringan
- infeksi bakteri resisten
- infeksi parasit (misalnya Cuterebra spp.)
- infeksi jamur
- Organisme tertentu (Nocardia, Mycobacterium spp.) → abses kambuh / bertahan
- Prognosis baik, dengan terapi yang tepat.
Channel
Kategori
Tipe
References
- Pinchbeck LR: Safe and Sensible Management of Feline Abscesses. Western Veterinary Conference 2010.
- Greene CE: Abscesses and Botryomycosis Caused by Bacteria. Infectious Diseases of the Dog and Cat, 4 ed. Saunders Elsevier, St. Louis 2012 pp. 523-28.
- Roy J, Messier S, Labrecque O, et al: Clinical and in vitro efficacy of amoxicillin against bacteria associated with feline skin wounds and abscesses. Can Vet J 2007 Vol 48 (6) pp. 607-11.
- Goldkamp CE, Levy JK, Lachtara J: High Prevalence of FeLV and FIV in Cats with Abscesses or Bite Wounds. Am Coll Vet Intern Med Forum 2007.
- Six R, Cherni J, Chesebrough R, et al: Efficacy and safety of cefovecin in treating bacterial folliculitis, abscesses, or infected wounds in dogs. J Am Vet Med Assoc 2008 Vol 233 (3) pp. 433-39.
- Cattin I, Liehmann L, Ammon P, et al: Subcutaneous abscess caused by Clostridium perfringens and osteomyelitis in a dog . J Small Anim Pract 2008 Vol 49 (4) pp. 200-3.
Temuan klinis
Prosedur diagnostik
Etiologi