Abses : akumulasi lokal bahan purulen dalam rongga yang terdiri dari organisme infeksius, sel inflamasi, dan eksudat.
dapat terbentuk dalam organ atau lokasi mana pun.
Sinonim : abses, bisul, abses sub kutan
Patofisiologi
Abses terbentuk ketika suatu organisme diinokulasi ke dalam kulit dan subkutis.
Terjadi inflamasi terhadap mikroorganisme.
Jika tidak terserap → akumulasi bahan purulen & terbentuk kapsul fibrosa.
Bila nanah terus terbentuk→ peningkatan tekanan → abses pecah.
Jika tidak pecah → terbentuk jaringan granulasi dalam rongga → mikroorganisme bertahan (lihat juga Botryomycosis).
Abses subkutan adalah infeksi bakteri yang paling umum pada kulit kucing.
Lebih sering terjadi pada kucing daripada anjing karena kulit kucing yang elastis dengan cepat menutup luka tusukan yang terkontaminasi, sehingga terjadi akumulasi eksudat purulen di bawah kulit.
Luasnya abses tergantung pada elastisitas kulit di atasnya, jumlah ruang mati di area tersebut.
Etiologi
Biasanya terbentuk setelah luka gigitan, goresan, trauma (termasuk penetrasi benda asing), atau dari penyebaran hematogen dari infeksi sistemik ke subkutis.
Luka gigitan (antar kucing) adalah penyebab paling umum abses pada kucing;
Mikroflora rongga mulut merupakan organisme yang paling umum diisolasi.
Bakteri anaerob lebih sering diisolasi daripada aerob, dan dapat diisolasi lebih dari satu mikroorganisme dapat diisolasi.
Bakteri yang sering diisolasi dari abses kucing :Porphyromonas spp., Pasteurella multocida, dan Fusobacterium spp.
Bakteri lain yang diisolasi dari abses anjing dan kucing : Staphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas, Clostridium, Peptostreptococcus, Prevotella, Actinomyces, Mycobacteria, Mycoplasma, Nocardia, Corynebacterium, Lactobacillus, Bacteroides spp., dan Yersinia pestis.
DIAGNOSA
Pemeriksaan Fisik Temuan/Riwayat:
Beberapa anoreksia, letargi, dan pincang.
Lesi (massa) dapat dipalpasi.
Abses dapat berfluktuasi s/d keras, dengan atau tanpa kantong lunak.
Sering terasa sakit, bengkak, dan hangat saat disentuh.
Beberapa abses pecah atau keluar secara spontan, sehingga dapat ditemukan bahan purulen yang berbau busuk.
Beberapa sekret dari abses berwarna merah-cokelat.
Abses luka gigitan paling sering : di kaki, wajah, ekor, bahu, dan leher ventral.
Demam dan limfadenopati mungkin ada.
Hitung Darah Lengkap (Hemogram):
normal, atau neutrofilia dengan atau tanpa left shift.
Neutropenia dan degenerativeleft shift merupakan indikasi sepsis.
Sitologi:
dapat dilakukan pada sampel yang diambil dengan fine needle aspiration atau saat drainase.
Namun, mengevaluasi sampel luka saluran terbuka atau pembuangan permukaan kering mungkin hanya menunjukkan kontaminan sekunder, bukan organisme primer.
Sitologi abses dapat mengungkapkan organisme ekstra atau intraseluler, neutrofil, makrofag, dan keratinosit. Pewarnaan khusus diperlukan untuk memvisualisasikan beberapa mikroorganisme.
Uji Kultur dan sensitivitas:
Bahan dari abses dapat diajukan untuk uji kultur dan sensitivitas.
Dapat diambil dengan fine needle aspiration atau biopsi.
Kultur aerob, anaerob, jamur, dan mikobakteri atipikal dapat diindikasikan.
Kultur terutama harus dipertimbangkan untuk abses rekuren atau kronis.
Hasil kultur dapat berbeda dari hasil sitologi.
Bakteri anaerob mungkin tidak diisolasi dari sampel yang dikumpulkan dari abses yang pecah
Tes Virus:
karena berhubungan dengan luka gigitan, kucing dengan abses sebaiknya diuji untuk virus leukemia kucing (FeLV) dan virus imunodefisiensi kucing (FIV).
Tes dilakukan di awal dan 60 hari kemudian.
Dalam satu penelitian terhadap 967 kucing yang mengalami abses atau luka gigitan, hanya 385 kucing diujiulang FeLV dan FIV 60 hari setelah presentasi awal. Dalam penelitian ini, 13% kucing positif FIV di awal, dan 9% kucing positif untuk FeLV.
Prevalensi tinggi pada kucing, bisa karena :
Jantan (lebih sering berkelahi)
Pemeliharaan banyak kucing
Koloni kucing liar,
Tidak disteril
Infeksi FeLV, FIV,
Diabetes mellitus,
Hyperadrenocorticism,
Imunosupresi dari obat-obatan,
Gagal ginjal kronis.
Gejala klinis pada kucing
kucing jantan lebih sering abses/luka gigitan di kepala atau leher.
kucing betina lebih sering mempertahankan bagian perut, belakang atau ekor.
Cukur rambut di sekitar abses, tepi luka dibersihkan.
Sayat / tusuk dibagian abses yang lunak dan bergantung untuk memungkinkan drainase. Perluasan sayatan bila diperlukan untuk memastikan drainase
Abses dievakuasi dan dibilas dengan saline steril.
Jaringan nekrotik juga mungkin perlu dibuang.
Abses yang lebih besar dan lebih parah mungkin perlu bedah ekstensif
Buat/pasang saluran drainase atau ulang pembilasan dan pengeringan
Terapi antibiotik
Antimikroba bersamaan drainase bedah.
Antibiotik saja tidak efektif, perlu drainase.
Idealnya pilihan antibiotik berdasarkan uji kultur dan sensitivitas
Antibiotik yang ideal untuk abses adalah bakteriosidal, spektrum luas, dan efektif terhadap aerob dan anaerob.
Pilihan pertama biasanya derivatif penisilin (amoksisilin, amoksisilin-klavulanat)
Klindamisin dan sefalosporin adalah pilihan lainnya
Cefovecin sodium (Convenia®) adalah long acting (14 hari) sefalosporin bakteriosidal, SC, 8 mg/kg, terbukti efektif untuk abses. mungkin perlu Injeksi kedua.
Dalam satu penelitian pada anjing dengan pioderma, abses atau luka yang terinfeksi, injeksi tunggal natrium cefovecin dianggap berhasil pada 109/118 (92,4%) kasus.
Terapi antibiotik merupakan terapi tambahan drainase.
Terapi medis saja dapat dilakukan ketika risiko anestesi terlalu besar atau jika intervensi bedah tidak memungkinkan.
Dalam kasus ini, terapi antibiotik lebih lama (14-21 hari).
Terapi suportif
Kompres hangat dan basah
Elizabeth collar
Idealnya hewan dirawat dalam ruangan hingga drainase/jahitan dilepas.
Monitor & Prognosis
Drainase biasanya dilepas dalam 3-4 hari jika telah berhenti dan bengkak berkurang
Jahitan dibiarkan 10-12 hari.
Jika drainase bedah cukup, antibiotik tepat dan pasien tidak imunosupresi, tanda klinis harus membaik dalam waktu 48 jam.
Jika tanda klinis tidak membaik, abses tidak berkurang >1-2 minggu sejak terapi,atau kambuh, Pertimbangkan tes diagnostik lebih lanjut.
Abses berulang / persisten bisa karena :
imunosupresi
osteomielitis
neoplasia
benda asing di dalam jaringan
infeksi bakteri resisten
infeksi parasit (misalnya Cuterebra spp.)
infeksi jamur
Organisme tertentu (Nocardia, Mycobacterium spp.) → abses kambuh / bertahan
Pinchbeck LR: Safe and Sensible Management of Feline Abscesses. Western Veterinary Conference 2010.
Greene CE: Abscesses and Botryomycosis Caused by Bacteria. Infectious Diseases of the Dog and Cat, 4 ed. Saunders Elsevier, St. Louis 2012 pp. 523-28.
Roy J, Messier S, Labrecque O, et al: Clinical and in vitro efficacy of amoxicillin against bacteria associated with feline skin wounds and abscesses. Can Vet J 2007 Vol 48 (6) pp. 607-11.
Goldkamp CE, Levy JK, Lachtara J: High Prevalence of FeLV and FIV in Cats with Abscesses or Bite Wounds. Am Coll Vet Intern Med Forum 2007.
Six R, Cherni J, Chesebrough R, et al: Efficacy and safety of cefovecin in treating bacterial folliculitis, abscesses, or infected wounds in dogs. J Am Vet Med Assoc 2008 Vol 233 (3) pp. 433-39.
Cattin I, Liehmann L, Ammon P, et al: Subcutaneous abscess caused by Clostridium perfringens and osteomyelitis in a dog . J Small Anim Pract 2008 Vol 49 (4) pp. 200-3.